Rabu, 01 Desember 2010

HAM Menurut Konsep Islam

Hak asasi dalam Islam berbeda dengan hak asasi menurut pengertian yang umum dikenal. Sebab seluruh hak merupakan kewajiban bagi negara maupun individu yang tidak boleh diabaikan. Rasulullah saw pernah bersabda: "Sesungguhnya darahmu, hartamu dan kehormatanmu haram atas kamu." (HR. Bukhari dan Muslim). Maka negara bukan saja menahan diri dari menyentuh hak-hak asasi ini, melainkan mempunyai kewajiban memberikan dan menjamin hak-hak ini.
 
Sebagai contoh, negara berkewajiban menjamin perlindungan sosial bagi setiap individu tanpa ada perbedaan jenis kelamin, tidak juga perbedaan muslim dan non-muslim. Islam tidak hanya menjadikan itu kewajiban negara, melainkan negara diperintahkan untuk berperang demi melindungi hak-hak ini. Dari sinilah kaum muslimin di bawah Abu Bakar memerangi orang-orang yang tidak mau membayar zakat.
 
Negara juga menjamin tidak ada pelanggaran terhadap hak-hak ini dari pihak individu. Sebab pemerintah mempunyai tuga sosial yang apabila tidak dilaksanakan berarti tidak berhak untuk tetap memerintah. Allah berfirman:
"Yaitu orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukannya di muka bumi, niscaya mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan munkar. Dan kepada Allah-lah kembali semua urusan." (QS. 22: 4) 

Rumusan HAM dalam Islam
apa yang disebut dengan hak asasi manusia dalam aturan buatan manusia adalah keharusan (dharurat) yang mana masyarakat tidak dapat hidup tanpa dengannya. Para ulama muslim mendefinisikan masalah-masalah dalam kitab Fiqh yang disebut sebagai Ad-Dharurat Al-Khams, dimana ditetapkan bahwa tujuan akhir syari’ah Islam adalah menjaga akal, agama, jiwa, kehormatan dan harta benda manusia.
Nabi saw telah menegaskan hak-hak ini dalam suatu pertemuan besar internasional, yaitu pada haji wada’. Dari Abu Umamah bin Tsa’labah, nabi saw bersabda: "Barangsiapa merampas hak seorang muslim, maka dia telah berhak masuk neraka dan haram masuk surga." Seorang lelaki bertanya: "Walaupun itu sesuatu yang kecil, wahay rasulullah ?" Beliau menjawab: "Walaupun hanya sebatang kayu arak." (HR. Muslim). 

Islam berbeda dengan sistem lain dalam hal bahwa hak-hak manusia sebagai hamba Allah tidak boleh diserahkan dan bergantung kepada penguasa dan undang-undangnya. Tetapi semua harus mengacu pada hukum Allah. Sampai kepada soal shadaqah tetap dipandang sebagaimana hal-hal besar lain. Misalnya Allah melarang bershadaqah (berbuat baik) dengan hal-hal yang buruk. "Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya..." (QS. 2: 267).


Selasa, 30 November 2010

Angan

mengenang masa itu membuat ku tersenyum
aku tau ini bukan akhir dari segalanya
banyak hal yang ingin kulakukan agar saat itu bisa terulang lagi
10 menit itu merupakan hal terindah setelah 10 tahun lalu


senyum itu masih sama
tatapan itu pun sama
tidak ada yang berubah
selain saat ketika kita begitu dekat


akan kutunggu waktu
dimana kita bisa seperti dulu
meneruskan kembali cerita kita
dan berbagi kepada dunia

Hitam

Kurang lebih seperti biasa aku selalu tertidur disaat malam ditelan sang matahari...lebih banyak waktu siang kulalui bersama mimpi dan hayalan penghantar tidur.

Ini bukanlah yang hendak aku cari, karena sungguh aku sangat merugi.

Banyak hal indah yang aku lewatkan,dikala udara terasa sejuk,disaat matahari memberikan manfaat,dunia mulai bersuara dan orang-orang berbaris mengambil perannya...

Tatkala aku bangun,matahari sudah berada diseperempat mata dan siang ku pun segera sirna.

Hal ini mungkin sudah seribu kali berkutat diotakku,tapi belum bisa merubah segalanya,mungkinkah malam memang duniaku dan siang dunia mereka...

Senin, 29 November 2010

Kos atau Rumah Hantu

Dari sebuah rumah kecil inilah berawal sebuah kisah klasik menuju masa depan,rumah kecil yang berpenghuni sembilan orang yang berasal dari daerah yang berbeda-beda.sembilan orang penghuni ini diantaranya adalah Anto Abadi,Iman Boncu,Hafiz,Hariie,Andrew,Agung tumben,Mr,freak,Tuan Satpam dan Adi.

PART I
Anto dan Tatto

Anto adalah seorang pengembara yang mencari ilmu sama seperti yang lainnya,anto merupakan penghuni baru dikos atau rumah hantu,anto berasal dari bima yang merupakan daerah ditimur Indonesia.

Mungkin bagi anto kepulau seberang mencari ilmu adalah cita-cita yang diidamkan sedari kecil dulu dan cita-cita itu benar-benar terwujud...Anto diterima disalah satu kampus swasta,kampus yang memang diinginkan oleh anto untuk mengejar mimpinya.bisa kita bayangkan kalo kita diterima dikampus yang memang kita idamkan,pastilah kita sangat bahagia dan dari sinilah berawal petualangan anto menjadi anak kos.

Hari pertama anto dikos sama seperti kebanyakan anak lain yang baru belajar hidup mandiri,kadang terlihat pemalu,canggung dan lebih suka menyendiri (maklum baru kenal dunia luar selain dunia yang ia lakoni sebelumnya.hahaha).Tapi semua itu tidak berlangsung lama,karena ternyata anto seorang yang mempunyai jiwa sosial yang cukup tinggi dari kebanyakan anak-anak lainnya ,dia dengan mudah akrab dan bergaul dengan seniornya dikost,dan karena jiwa sosial yang tinggi itulah yang membuat anto kelihatan lebih terkenal dari teman teman kosnya yang lain.

pada suatu saat anto datang dari jalan-jalan dan mendadak kekamar temennya dan kemudian terjadilah percakapan

Hariie   : dari mana to??

Anto     : dari jalan bang (sambil mengusap lengannya)

Hariie   : wow baru bikin tatto ya??

Anto    : ya bang, oh ya minta air panasnya bang buat nyuci bekas tattonya


Sabtu, 27 November 2010

setelah ini... apalagi...

 
sudah selarut ini... dan pikirku masih melayang,imajinasiku akan indahnya hari ini belum kutemukan dan itu membuatku sangat terpuruk..

secangkir kopi dan sebatang rokok yang belum juga menyala kuputuskan menjadi teman untuk menguak semua misteri hari ini.

aku coba kembali mengulang hari ini dari alam pikir ku,menggali dan trus mengali,mecari dan masih mencari..

semoga semua bisa ku atasi...

Jumat, 19 November 2010

Pancasila di Tengah Peradaban Dunia: Perspektif Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural

Azyumardi Azra

Direktur Sekolah PascaSarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta sejak Januari 2007 dan juga Deputi Kesra pada Sekretariat Wakil Presiden RI sejak Mei 2007.
 
Gagasan saya tentang rejuvenasi Pancasila sebagai faktor integratif dan salah satu fundamen wawasan kebangsaan dan identitas nasional negara-bangsa Indonesia mendapat pengayaan penting dari berbagai kalangan publik, khususnya melalui Tajuk Rencana Kompas maupun artikel Prof. Musa Asy’arie (lihat Kompas 9, 11, 12 Juni 2004). Saya sendiri telah meresponi tanggapan publik tersebut dalam Harian Kompas 17 Juni 2004.

Makalah ini merupakan elaborasi lebih lanjut tentang relevansi Pancasila sebagai dasar wawasan kebangsaan dan identitas nasional Indonesia di tengah berbagai tantangan yang dihadapi negara-bangsa Indonesia dan kepemimpinan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Dan tidak kurang pentingnya, makalah ini juga melihat Pancasila dalam kaitan dengan tantangan krisis identitas budaya, dan akhirnya mencoba menawarkan penguatan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika melalui perspektif multikulturalisme dan pendidikan multikultural.
Rejuvenasi Pancasila
Apakah “ideologi��? semacam Pancasila masih relevan dalam masa globalisasi dan demokratisasi yang nyaris tanpa batas dewasa ini? Dalam hiruk-pikuk politik yang masih berlangsung hingga kini, pertanyaan seperti ini mungkin terlalu akademis untuk diajukan kepada para politisi; namun pertanyaan itu sering diajukan audiens kepada saya dalam berbagai diskusi dan seminar tentang posisi dan relevansi Pancasila dalam Indonesia yang lebih demokratis; Indonesia yang lebih bebas dalam berbagai segi kehidupan.

Pertanyaan tentang relevansi ideologi umumnya dalam dunia yang berubah cepat sebenarnya tidak terlalu baru. Sejak akhir 1960, mulai muncul kalangan yang mulai mempertanyakan relevansi ideologi baik dalam konteks negara-bangsa tertentu maupun dalam tataran internasional. Pemikir seperti Daniel Bell pada akhir 1060an telah berbicara tentang “the end of ideology��?. Tetapi perang dingin yang terus meningkat antara Blok Barat dengan ideologi kapitalisme dengan Blok Timur dengan ideologi sosialisme-komunisme menunjukkan bahwa ideologi tetapi relevan dalam kancah politik, ekonomi dan lain-lain.